Pembalasan

Kamis, 10 Agustus 2017



Gambar dari sini 
 

         Aku tundukan kepala lama . Aku pandangi nisan milik Nisa sahabatku Sambil membersihkan rumput-rumput yang tumbuh aku mulai bicara.
            “Nisa, tenanglah di sana. Aku sudah membalaskan kekejian mas Reza untukmu. Dia sudah hancur.” Masih sepi.
            “Tenanglah di sana Nisa, akan aku urus putri kecilmu seperti anakku sendiri. Aku janji padamu.”  Masih sepi menggelayuti pagi itu.

            Aku ingat suatu hari Nisa datang padaku dengan mata bengkak. Dia menceritakan tentang suaminya.
            “Dia sudah berubah, Tanti. Dia sudah berubah.” Tangisnya meledak. Aku merangkulnya erat. Tak butuh banyak bicara di saat Nisa perlu menenangkan dirinya terlebih dulu. Dulu aku begitu bahagia melihat kebahagiaan  Nisa dan Reza, mereka berdua sahabat baikku. Mereka mulai hidup baru dengan semangat cinta mereka. Sungguh aku merasakan aroma cinta mereka berdua begitu kuat.  Ternyata tabiat manusia bisa  berubah . Salah satunya karena ambisi. Hidup Reza semakin makmur setelah dia menjadi anggota DPR . Bukan menjadi anggota dewan yang terhormat saja , Rezapun bisa menjadi makelar proyek. Kehidupan mereka berubah. Rumah mewah dan kehidupan yang layak bisa dipersembahkan Reza untuk Nisa.  Tapi itu semua bagi Reza belum cukup. Nafsu untuk meraup uang begitu menggebu . Dan Nisa mulai kehilangan suaminya.

            Kehilangan kehangatan , kehilangan waktu bersamanya. Dan setiap Nisa protes Reza selalu memukulnya. Terakhir yang aku dengar dia menikah siri dengan artis yang baru naik daun. Aku eratkan pelukanku .
            “Aku sudah gak kuat lagi,Tanti. Aku akan gugat cerai mas Reza. ” Aku hanya terdiam, aku merasakan pedih hatinya. Betapa uang bisa menguasai hati orang.  Kedatangan Nisa kali itu adalah pertemuan terakhir dengannya karena dua hari kemudian Nisa meninggal .Menurut Reza Nisa meninggal karena jatuh dari kamar mandi. Entah mengapa aku tak percaya

            Aku dengan mudah bisa mendekati  Reza. Walau aku tahu sekarang  Reza sudah bersama istri barunya . Pertama alasan aku menengok Dinda. Anak imut itu selalu suka saat aku datang karena dia lebih dekat dengan pengasuhnya daripada ibu tirinya. Lama kelamaan aku bisa mengambil hati Reza. Dia sudah jatuh dalam perangkapku. Saat-saat berdua bersamanya, aku bisa merasakan betapa memang Reza pria yang bisa menyenangkan hati wanita. Ah, andai saja Reza pria yang bebas, mungkin aku sudah jatuh cinta . Dan tak menunggu lama ketika akhirnya Reza mengakui kalau dia yang membunuh istrinya secara tak sengaja. Reza tak tahu kalau aku menjebaknya.Semua aku rekam dan bukti itu aku berikan pada polisi.  Tak lama kemudian Reza  ditangkap. Tertangkapnya Reza juga membuka kebobrokan dia sebagai anggota DPR, karena banyak pengaduan yang datang ke KPK. Penjara rumahnya sekarang. Kekayaaannya disita oleh negara. Reza sudah hancur!

            Aku pandangi lagi nisan itu. Tak terasa sudah enam bulan kau meninggalkanku. Aku tersenyum. Baik-baik saja Nisa. Reza sudah mendapatkan pembalasan yang setimpal.
            “Tante , pulang yuk,” ajak Dinda. Aku tersenyum padanya. Aku gandeng Dinda menjauh dari makam. Aku tertawa melihat kegembiraan Dinda. Nisa , semoga kau tenang di sana.


3 komentar:

Tira Soekardi Says:
14 Agustus 2017 pukul 20.35

makasih mas surya

Lia Lathifa Says:
16 Agustus 2017 pukul 16.24

Kasian nasib Nisa, lebih kasian nasib Dinda ya, gak punya ayah ibu lagi

Tira Soekardi Says:
17 Agustus 2017 pukul 12.13

iya harta bisa menyilaukan segalanya

Posting Komentar